Peringatan Maulid Nabi Muhammad S.A.W.

Sabtu 30 September 2023, telah dilaksanakan kegiatan peringatan Maulid Nabi Muhammad S.A.W tahun 1445 H, di Masjid Al-Ikhwan RT 13 Kelurahan Teratai.

Uraian hikmah Malid disampaikan oleh Penceramah Ustadz Syaifuddin, M.Ag , pengasuh Ponpes darul Aufa , Kab. Batanghari.

Acara berlangsung dengan khidmat dan sukses.

Perkembangan Pembangunan Masjid 2019

Selama 4 tahun terakhir kami melakukan pembangunan masjid berupa pemindahan ke lokasi yang lebis besar disebelah masjid lama.

Alasan pemindahan adalah karena ukuran masjid yang lama ( 8 x 8 m) sudah tidak mampu lagi menampung jumlah jamaah di wilayah perumahan kami, dan lokasinya tidak memungkinkan lagi untuk melakukan pemekaran/perluasan fisik. Sehingga warga memutuskan untuk merelokasi masjid di lokasi yang berdekatan dengan ukuran baru 16 x 16 m.

Berikut dokumentasi perkembangannya:

Januari 2015 :

Mei 2016:

Maret 2019:

 

 

Filosofi Pohon Pisang

PHN PISANG

Oleh : A. Kadir, S.Pd.I

Sebatang pohon pisang tumbuh di atas tanah, ia hanyalah pohon seperti tumbuhan yang lain. Pohon ini hanya tumbuh mengikuti hukum alam ketentuan Tuhan. Sepintas ia hanyalah pohon biasa yang tak ada kelebihan yang menarik perhatian sebagaimana sekuntum bunga yang mengundang kupu-kupu yang cantik untuk hinggap menghisap sarinya. Namun, tidakkah kita perhatikan hal berikut ini? 

Pohon pisang sebenarnya memiliki kehebatan yang dapat kita teladani. Pertama, pohon pisang itu dalam proses bertumbuh, jika ditebang sampai putus batangnya, maka ia akan tumbuh lagi persis dari pusat batangnya. Tak peduli berapa kali ia dibabat batangnya sampai putus sekalipun, ia tetap tumbuh dan tumbuh lagi sampai dewasa dan berbuah. Ini seharusnya memberi ilham kepada kita yang diberi akal yang cerdas sebagai manusia–makhluk yang paling sempurna–agar bisa meniru tabiat alami si pohon pisang tersebut.

Yang namanya kehidupan, pasti penuh cobaan/ujian, sering jatuh bangun, suka duka silih berganti, dan kadang gagal berkali-kali. Mengetahui fenomena ini, sudah seharusnyalah kita bisa mencontoh tabiat si pohon pisang ini. Sesering atau separah apapun kita terjatuh (baca: gagal), maka seperti si pohon pisang, kita harus bertumbuh lagi, bangkit dengan semangat yang lebih dahsyat. Tak peduli berapa kali kita ditebang oleh kegagalan lalu tumbang, maka sebanyak itu pula kita bangkit dan tumbuh lagi. Janganlah kita berhenti bertumbuh hanya karena sebuah kegagalan, tapi jadikan kegalan itu sebuah proses pemelajaran untuk meraih keberhasilan yang leibh dahsyat. Selama tubuh kita masih bernafas, selama itu pula sukses masih bisa kita raih. Seperti langit yang gelap gulita ditelan malam, pasti esok hari mentari akan bersinar lagi…, pasti!!!

Kedua, ternyata pohon pisang itu baru akan mati setelah ia berbuah, memberikan yang terbaik untuk kehidupan. Ini sungguh luar biasa…! Hal inilah yang seharusnya kita renungkan dalam-dalam. Kita sebagai manusia yang berakal dan sempurna, sudahkah kita renungkan…, apa yang sudah kita berikan untuk kehidupan ini? Apa yang sudah kita berikan untuk keluarga, lingkungan, masyarakat, bangsa, dan negara [sebelum kita meninggalkan dunia ini ?

Pohon pisang hidup untuk berbuah dan mati setelah meninggalkan manfaat. Jika kita bisa hidup seperti itu, tentu kita adalah pahlawan sejati. Namun kita sering lupa, banyak dari kita yang lupa diri dalam mengejar dunia, terlalu memikirkan diri sendiri, kesenangan dan kemakmuran diri sendiri, sampai-sampai kadang melupakan orang lain yang membutuhkan sesuatu yang bisa kita berikan. Banyak sekali orang lain di negeri kita tercinta ini yang nasibnya kurang beruntung dan membutuhkan uluran tangan kita. Bangsa ini pun merindukan bangkitnya manusia-manusia unggulan yang bisa membawa negeri ini menuju negeri yang aman, makmur, adil, dan sejahtera. Konon katanya negeri kita “gemah ripah loh jinawi”, seharusnya rakyatnya pun juga makmur berkelimpahan. Mungkin itu yang harus menjadi perjuangan kita bersama.

Dan pada kenyataannya hidup kita akan berakhir, itu adalah hal yang pasti dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Maka sesuatu yang berharga yang akan dan atau telah kita berikan untuk kehidupan inilah yang bisa memberikan kenangan nan indah penuh makna bagi generasi penerus kita, bukannya apa yang kita ambil dari kehidupan ini untuk menikmati masa hidup kita yang sementara. Sebagaimana harimau mati meninggalkan belang, rusa mati meninggalkan tanduk, dan gajah mati meninggalkan gading, maka kitalah yang menentukan apa yang akan kita tinggalkan. Apakah kita ingin nama kita akan tetap hidup dengan keharumannya walau kita sudah tiada, ataukah justru sebaliknya…, pilihan ada di tangan kita!

Pohon pisang saja mati setelah berbuah, bagaimana dengan kita sebagai manusia?

Nama Baik

Penulis      : A. Kadir, S.Pd.I

Alkisah pada suatu ketika, Angin, Air, dan Nama Baik sedang mengadakan perjalanan bersama-sama. Angin, biasa datang terburu-buru seperti orang yang sedang marah. Bisa melompat disini dan menendang debu disana. Air berjalan dalam bentuk seorang putri. Ia selalu membawa kendi ditangannya, meneteskan beberapa air ditanah sekitarnya. Nama Baik berwujud dalam seorang pemuda yang tampan dengan sikap-sikap yang baik, namun sedikit pemalu.

Mereka saling menyukai, meskipun mereka sangat berbeda satu sama lain. Ketika mereka harus berpisah, mereka bertanya, “Kapan kita bisa bertemu untuk mengadakan perjalanan yang lain lagi ?”

Angin menjawab, “Engkau akan selalu menemukan aku di puncak gunung-gunung atau melompat-lompat di sekitar kakimu. Meniup debu kemana kamu pergi.”

Air berkata. “Aku juga akan selalu ada disekitarmu. Kamu bisa pergi kelaut atau sungai, bahkan kedapur, untuk menemuiku”.

Nama Baik tidak mengatakan apa-apa. Angin dan Air bertanya, “Nama Baik, kapan dan dimana kita akan bertemu lagi ?” Nama Baik menjawab, “Kamu tidak akan bertemu aku lagi dimanapun. Siapapun yang telah kehilangan aku sekali saja, takkan pernah mendapatkan aku lagi.”

Kaca, Porselen, dan Nama Baik, adalah sesuatu yang gampang sekali pecah, dan tak akan dapat direkatkan kembali tanpa meninggalkan bekas yang nampak.